Advertisement

Hari Kematian internet

top computer

Menghadapi Hari Kematian Internet

source: http://id.omg.yahoo.com/blogs/menghadapi-hari-kematian-internet-christian_sugiono-1.html

Bangun tidur ngecek timeline Twitter. Sambil nunggu sarapan beres, check email. Terus ngeliat foto-foto weekend unggahan temen kamu.


Sekarang ini, semua sudah terhubung dengan internet. Di banyak hal memang benar-benar membantu kita di kehidupan, terutama cara berkomunikasi dan berinteraksi. Tidak hanya berinteraksi dengan sesama manusia, tapi juga berinteraksi dengan non-human, mesin, atau sebuah sistem.

Hampir semua orang yang saya kenal sekarang mempunyai sebuah identity di dunia maya, entah web page, blog maupun social networking profile. Bahkan juga saya banyak kenal orang dari internet, tahu kegiatan orang-orang tersebut dari hasil sharingnya di dunia maya. Batas-batas privasi telah diperlebar dan definisinya diubah. Masing-masing mempunyai pemahamannya sendiri yang mungkin bagus ataupun malah merugikan.

Kita jadi berinteraksi dengan banyak orang dalam waktu yang lebih singkat dan paralel. Informasi masuk ke diri kita dengan sangat cepat dan dalam pecahan yang kecil-kecil. Otak kita jadi terlatih untuk menerima arus informasi dalam jumlah banyak secara bersamaan. Contoh nyatanya adalah Twitter.

Seperti inilah komunikasi jaman sekarang. Kita harus pintar-pintar memilih pecahan informasi kecil mana yang penting untuk disimpan dalam memori kita. Atau hal-hal apa yang sebenarnya tidak ada kepentingannya dengan kita tapi menguras energi dan waktu kita.


Berapa banyak dari kita orang dewasa yang sudah merasa kaku untuk menulis tangan karena selama ini tidak pernah menulis di atas kertas lagi?

Kenyataan yang Maya
Apakah kamu familiar dengan skenario ini?

Bangun tidur ngecek timeline Twitter. Sambil nunggu sarapan beres, check email. Terus ngeliat foto-foto weekend unggahan temen kamu. Lalu twitteran lagi sambil sarapan.
Berapa banyak dari kita orang dewasa yang sudah merasa kaku untuk menulis tangan karena selama ini tidak pernah menulis di atas kertas lagi?


Lalu begitu sampai di kantor langsung check-in Foursquare supaya title mayor enggak keambil oleh orang lain. Dan begitu seterusnya, orang lebih banyak menghabiskan waktu dengan menatap smartphone-nya dibanding dengan bertatap dengan orang lain secara langsung.

Ya memang dalam pekerjaan sehari-hari kita bertemu dengan real-people dan juga menghadapi real-problem. Tapi terkadang dunia maya di gadget kecil kita itu lebih menarik dari pada dunia nyata yang kita hadapi secara langsung. Alhasil orang lebih banyak lari ke dunia kecil yang indah untuk mengekspresikan atau bahkan menjadi seseorang yang tidak mungkin dia lakukan di dunia nyata.

Karena kesehariannya sudah berjalan rutin seperti itu lama-kelamaan orang menjadi terbiasa dan nyaman. Atau mungkin kata yang lebih tepatnya: ketergantungan.

Hari Kematian Internet Tiba
Apa yang harus kita persiapkan pada saat hari kematian Internet tiba? Setelah selama beberapa tahun belakangan ini kehidupan kita dimanjakan oleh kecanggihan dan kemudahan oleh teknologi, apa saja yang telah direnggut oleh internet dari kehidupan kita? Hal nyata apa yang telah hilang dan digantikan oleh kode-kode digital?

Secara tidak sadar dan pelan orang telah mengganti cara hidupnya selama 10 tahun belakangan ini. Contoh paling simplenya adalah menulis. Berapa banyak dari kita orang dewasa yang sudah merasa kaku untuk menulis tangan karena selama ini tidak pernah menulis di atas kertas lagi. Surat menyurat melalui email, berhitung menggunakan kalkulator, berbicara menggunakan instant messenger service, dsbnya. Peran mulut untuk berbicara telah tergantikan oleh 10 jari yang menari di atas keyboard, dan banyak hal lainnya.

Apa yang bisa dilakukan untuk kembali hidup seperti masa lalu lagi secara analog?

No Google!
Ini adalah sila pertama dalam peraturan dasar hidup analog. Tidak menggunakan layanan Google sama sekali, mulai dari search engine, email, map, earth, picture, dan semuanya yang Google sediakan.

Untuk mencari tau mengenai suatu hal kita gak bisa menggunakan search engine. Kamu harus mulai mencoba mencari suatu hal dengan usaha kamu sendiri, dan dengan bertanya ke manusia lain secara real. Yang ditantang disini adalah kemampuan kamu dalam bersosialisasi dengan orang baru secara nyata untuk mendapatkan informasi. Bisa juga dengan mendatangi perpustakaan dan mencari pecahan informasi dalam deretan buku-buku yang ada disana.

Kalau selama ini kita terbiasa tinggal memasukan nama tempat atau jalan untuk melihat peta, maka pada hari kematian internet kita harus kembali menggunakan peta biasa. Harus bisa mencari lokasi peta dan menelusuri jalan yang tersebar pada ratusan lembar halaman.

Langganan surat kabar.
Karena sudah tidak bisa browsing internet lagi maka kamu harus langganan surat kabar supaya enggak ketinggalan berita sehari-hari. Yang penting adalah langganan koran pagi dan sore, karena untuk koran pagi kamu bisa baca apa yang terjadi kemarin sore hingga malem, dan koran sore untuk yang terjadi dari pagi hingga siang. Yah semua beritanya sih telat 1 hari, setidaknya kamu sudah bisa ikut dalam pembicaraan sehari-hari. Efeknya adalah waktu akan terasa lebih lambat dan lebih panjang karena informasi yang kita dapat tidak terlalu deras.

Keluar dari semua social networking platform.
Hapus semua account Twitter, Facebook, MySpace, FourSquare, Koprol, dan lainnya. Mulai coba hidup dengan tenang tanpa tahu teman kamu hari ini ngeluh apa dalam perjalanan pulang kantor yang macet. Kamu juga enggak perlu tahu teman kamu sarapan apa pada pagi harinya, dan informasi-informasi lain yang sebenarnya tidak kamu butuhkan. Kamu pasti akan lebih fokus dalam menjalankan pekerjaan sehari-hari yang utama tanpa distraction tersebut.

Untuk menghubungi seseorang akan butuh usaha lebih dari sekedar PING!! dan mention. Manusia akan kembali berbicara menggunakan mulut dan suaranya, tidak lagi dengan text dan jarinya.

Kalau udah berpergian rasanya seperti lepas dari manapun. Perjalanan dari rumah menuju tempat nongkrong rasanya kaya jalan sendirian di terowongan sunyi yang dindingnya rapat semua. Baru bisa dihubungi apabila sudah stay di sebuah tempat. Mau kabur sejenak untuk mewujudkan me time rasanya gampang banget.

Sign out dari e-mail.
Bikin PO Box atau alamat rumah saja untuk urusan surat menyurat. Dan supaya gak numpuk sampah, bikin satu lagi PO Box khusus brosur-brosur iklan atau promosi yang gak penting untuk supaya langsung dibuang ke sampah. Prinsipnya semacam bikin account/folder khusus spam di email kamu supaya langsung di trash. Siapkan folder untuk menyimpan kertas-kertas dan dokumen yang dikirim ke rumah kamu.

Album foto.
Buat kita yang hobi foto mungkin upload ke Facebook adalah hal yang paling mudah dan nyaman. Semua foto bisa kita upload sebanyak apapun tanpa mengeluarkan biaya lagi. Apabila internet sudah mati, maka untuk masalah foto ini akan kembali menjadi hal yang mahal dan butuh banyak biaya, untuk cetak dan untuk menyimpannya dengan baik di dalam album foto. Foto akan menjadi barang yang value-nya lebih spesial dan pribadi karena tidak akan mudah lagi untuk diperbanyak seperti halnya foto digital.

No copy-paste ucapan.
Persetan dengan sms-sms copy paste yang membuat handphone kamu lemot pada hari raya. Kartu-kartu ucapan yang sifatnya pribadi dan intim dengan tulisan tangan yang sangat personal. Membuat kamu merasa lebih dihargai dan hari raya menjadi lebih berarti.

Well, kalau dilihat-lihat, sebenarnya hari kematian internet bukan berarti kiamat. Kita mungkin akan merasa kesusahan karena internet sudah membuat kita mudah dalam banyak hal, tapi di lain sisi juga, nilai-nilai kehidupan akan menjadi lebih nyata dan lebih mendalam bagi banyak orang.

Semoga kita semua sudah siap apabila hari itu datang...