Advertisement

Aspartam, whats is that?

top computer
ASPARTAM. 
Slideshow - Seminar aspartame


Ada kemudian muncul selebaran daftar makanan dan minuman yg menggunakan bahan tersebut. Mulai dari Extrajoss, Kiranti, dlsb. Yg menjadi pertanyaan, sampai seberapa amankah bila kita mengkonsumsinya? Adakah batasan2nya? Benarkah bisa menyebabkan pengeringan sumsum tulang belakang? Efek apa bila kita mengkonsumsi? Kiranya saya bisa mendapatkan jawaban dari anda.
Senyawa kimia Aspartam
(editan pd tgl 14 Januari 2014: Bahkan barusan di wall Face Book seorang kawan, tertulis statusnya : Ikatan Dokter Indonesia (IDI), menginformasikan bahwa saat ini sdg ada wabah Pengerasan Otak (Kanker Otak), Diabetes dan Pengerasan Sumsum Tulang Belakang (Mematikan sumsum tulang belakang). Untuk itu, hindarilah minuman sbb: Extra Joss, M-150, Kopi SusuGelas (Granita), Kiranti, Krating Daeng, Hemaviton, Neo Hema viton, Marimas, Segar Sari shachet, Frutillo, Pop Ice, Segar Dingin Vit.C, Okky Jelly Drink, Inaco, Gatorade, Nabati, Adem Sari, Naturade Gold, Aqua Splash Fruit. Karena ke-19 minuman tsb diatas mengandung ASPARTAME (lebih keras dr biang gula) racun yg menyebabkan diabetes, kanker otak, dan mematikan sumsum tulang. [Info: dr.H.Ismuhadi,MPH 0811323601]. Wah, berarti rumor atau hoax yang dulu beredar lagi.)
Hm,….. tidak mudah untuk segera menjawab, karena harus mencari sumber informasi yang benar-benar obyektif dan dapat dipercaya. Salah satu petunjuknya adalah jika ia berasal dari lembaga resmi Pemerintah, institusi pendidikan yang kredibel, atau jurnal2 terpercaya (walaupun tetap ada kemungkinan keliru, tapi sudah berusaha mencari data yang sevalid mungkin).
Apakah aspartam itu?
Aspartam adalah pemanis buatan yang tersusun dari 2 macam asam amino yaitu asam aspartat dan fenilalanin. Ia ditemukan pada tahun 1965 oleh James Schslatte sebagai hasil percobaan yang gagal. Asam aspartat dan fenilalanin sendiri merupakan asam amino yang menyusun protein. Khusus asam aspartat, ia juga merupakan senyawa penghantar pada sistem saraf (neurotransmiter). Aspartam, dikenal juga dengan kodeE951, memiliki kadar kemanisan 200 kali daripada gula (sukrosa), dan banyak dijumpai pada produk-produk minuman dan makanan/permen rendah kalori atau sugar-free.Nama dagang aspartam sebagai pemanis buatan antara lain adalah EqualNutrasweet,Canderel, Tropicana Slim, dll.
Aspartam masuk pasar Amerika sejak tahun 1981 dan di Inggris pada tahun 1982, setelah kajian (review) mengenai keamanannya oleh Badan Pemerintah yang berwenang di masing-masing negara. Sebelum disetujui oleh FDA (Food and Drug Administration), semacam Badan POMnya Amerika, keamanan aspartam telah diuji melalui lebih dari 100 kajian ilmiah, baik pada manusia maupun hewan uji. Hingga saat ini, FDA belum mengubah keputusannya, dan menyetujui aspartam sebagai pemanis buatan yang aman.
Apa keunggulan aspartam?
Seperti banyak peptida lainnya, kandungan energi aspartam sangat rendah yaitu sekitar 4 kCal (17 kJ) per gram untuk menghasilkan rasa manis, sehingga kalorinya bisa diabaikan, yang menyebabkan aspartam menjadi  sangat populer untuk menghindari kalori dari gula.Hal ini menjadi jalan keluar bagi penderita Diabetes yang masih ingin mencicip makanan manis tapi tidak meningkatkan kadar gula darahnya. Di samping mempunyai energi yang sangat rendah, ia mempunyai cita rasa manis mirip gula, tanpa rasa pahit, tidak merusak gigi, menguatkan cita rasa buah-buahan pada makanan dan minuman, dapat digunakan sebagai pemanis pada makanan atau minuman pada penderita diabetes. Bahkan penggunaan aspartam sebagai pengganti gula juga merupakan alternatif bagi konsumen non-diabetes yang ingin mengurangi asupan kalori untuk menjaga/mengurangi berat badan, dengan tetap masih bisa mencicipi manisnya makanan/minuman.
Seberapa aman kah aspartam?
Kembali ke pertanyaan rekan di atas, tentang “tumbang”nya beberapa temannya yang mengkonsumsi minuman yang mengandung aspartam, aku sendiri belum begitu paham dengan maksudnya “tumbang”. Apakah terjadi secara tiba-tiba, atau karena mengkonsumsi dalam jangka waktu lama, juga bentuk “tumbang”nya seperti apa. Tapi dari segi keamanan, aku coba melihat dari bagaimana aspartam dimetabolisir oleh tubuh. Di antara semua pemanis tidak berkalori, hanya aspartam yang mengalami metabolisme. Tetapi proses pencernaan aspartam juga seperti proses pencernaan protein lain. Aspartam akan dipecah menjadi komponen dasar, dan baik aspartam maupun komponen dasarnya tidak akan terakumulasi dalam tubuh. Jadi, kembali ke pertanyaan teman di atas, sebenarnya aspartam cukup aman dipakai, karena dia dipakai dalam kadar yang sangat kecil (1% dari gula) dan akan dikeluarkan oleh tubuh. Aspartam bahkan dinyatakan aman digunakan baik untuk penderita kencing manis, wanita hamil, wanita menyusui, bahkan anak-anak.
Satu-satunya kondisi yang dikontraindikasikan bagi aspartam adalah penyakitfenilketouria. Apa itu? Dalam keadaan normal, fenilalanina (salah satu komponen aspartam) akan diubah menjadi tirosin dan dibuang dari tubuh. Pada orang yang mengalami gangguan fenilketouria, terdapat gangguan dalam proses ini. Penyakit ini diwariskan secara genetik, di mana tubuh tidak mampu menghasilkan enzim pengolah asam amino fenilalanin, sehingga menyebabkan kadar fenilalanin yang tinggi di dalam darah, yang berbahaya bagi tubuh. Timbunan fenilalanin dalam darah dapat meracuni otak dan menyebabkan keterbelakangan mental. Karena itu, aspartam dikontraindikasikan bagi penderita fenilketouria.
Apa batasan-batasannya?
Seperti halnya bahan tambahan makanan lainnya, ada dosis tertentu yang dapat diterima penggunaannya, yang sering disebut sebagai Acceptable Daily Intake, atau ADI, yaitu perkiraan jumlah bahan tambahan makanan yang dapat digunakan secara rutin (setiap hari) dengan aman. Dalam hal aspartam, angka ADI-nya adalah 40 mg per kg berat badan. Berarti sekitar 2800 mg untuk berat rata-rata orang Inggris dewasa. Dan untuk anak-anak usia 3 tahun, angka ADI-nya berkisar 600 mg. Selama belum melebihi dosis tersebut, keamanannya cukup terjaga.
Efek samping aspartam?
Banyak berita-berita di internet yang menyebutkan bahwa aspartam menyebabkan pengeringan sumsum tulang belakang dan Lupus, dan berbagai efek samping lainnya. Itu semua TIDAK BENAR. Istilah pengeringan atau pengerasan sumsum tulang belakang sendiri tidak dikenal dalam dunia medis. Apalagi dikatakan dalam beberapa sumber di internet bahwa terjadi WABAH, yang tentu ini kurang masuk akal. Wabah adalah peningkatan kejadian suatu penyakit, seperti wabah demam berdarah, wabah kolera, yang disebabkan oleh adanya peningkatan pencetus. Apalagi jika dikaitkan dengan penyebabnya adalah minuman yang mengandung aspartam… apakah ada peningkatan secara dramatis jumlah konsumsi produk minuman/makanan mengandung aspartam?… tidak ada data yang pasti.
Dalam hal Lupus, tak kurang Yayasan Lupus Amerika (Lupus Foundation of America) juga membantah bahwa ada kaitan antara penggunaan aspartam dengan Lupus. Tahun 2007, keamanan aspartam sempat dpertanyakan kembali ketika satu tim peneliti dari Italia melaporkan bahwa aspartam dapat meningkatkan risiko kanker. Namun demikian, setelah dikaji kembali oleh the European Food Safety Authority (EFSA) dan FDA (Amerika), dinyatakan bahwa belum ada perubahan rekomendasi mengenai keamanan aspartam karena data yang ada belum cukup mendukung penemuan tersebut. Artinya, aspartam tetap aman digunakan. Infonya juga bisa dilihat pada website resmi National Cancer Institute  bahwa TIDAK ADA hubungan antara kejadian kanker dengan konsumsi aspartam. Banyak kemungkinan karsinogen lain yg bisa mencetuskan kanker.  Selain itu, konsumsi minuman beraspartam kan juga tidak setiap hari, dan dosis yang digunakan relatif kecil, sehingga efek samping yang dikuatirkan sebenarnya tidak sering terjadi. Tentu ada respon individual terhadap aspartam yang mungkin terjadi pada beberapa orang, tapi itu tidak bisa digeneralisir.
Namun demikian ada baiknya untuk berhati-hati dengan tidak terlalu banyak mengkonsumsi produk-produk dengan pemanis buatan. O,ya, aku bukan penjual aspartam, tidak punya hubungan keluarga maupun bisnis dengan produsen aspartam…. :)   Yang kusampaikan sekedar apa yang kuketahui, supaya kita lebih berhati-hati menanggapi aneka berita yang beredar, dan mengajak kawan-kawan untuk bersikap kritis dan analitis. Demikian apa yang bisa disampaikan tentang aspartam, semoga bermanfaat.
National Cancer institute kutipan:

Artificial Sweeteners and Cancer

  • Resize font
  • Print
  • Email
  • Facebook
  • Twitter
  • Google+
  • Pinterest













































What are artificial sweeteners and how are they regulated in the United States?

Artificial sweeteners, also called sugar substitutes, are substances that are used instead of sucrose (table sugar) to sweeten foods and beverages. Because artificial sweeteners are many times sweeter than table sugar, smaller amounts are needed to create the same level of sweetness.
Artificial sweeteners are regulated by the U.S. Food and Drug Administration (FDA). The FDA, like the National Cancer Institute (NCI), is an agency of the Department of Health and Human Services. The FDA regulates food, drugs, medical devices, cosmetics, biologics, andradiation-emitting products. The Food Additives Amendment to the Food, Drug, and Cosmetic Act, which was passed by Congress in 1958, requires the FDA to approve food additives, including artificial sweeteners, before they can be made available for sale in the United States. However, this legislation does not apply to products that are “generally recognized as safe.” Such products do not require FDA approval before being marketed.

Is there an association between artificial sweeteners and cancer?

Questions about artificial sweeteners and cancer arose when early studies showed that cyclamate in combination with saccharin caused bladder cancer in laboratory animals. However, results from subsequent carcinogenicity studies (studies that examine whether a substance can cause cancer) of these sweeteners have not provided clear evidence of an association with cancer in humans. Similarly, studies of other FDA-approved sweeteners have not demonstrated clear evidence of an association with cancer in humans.

What have studies shown about a possible association between specific artificial sweeteners and cancer?

Saccharin
Studies in laboratory rats during the early 1970s linked saccharin with the development of bladder cancer. For this reason, Congress mandated that further studies of saccharin be performed and required that all food containing saccharin bear the following warning label: “Use of this product may be hazardous to your health. This product contains saccharin, which has been determined to cause cancer in laboratory animals.”
Subsequent studies in rats showed an increased incidence of urinary bladder cancer at high doses of saccharin, especially in male rats. However, mechanistic studies (studies that examine how a substance works in the body) have shown that these results apply only to rats. Human epidemiology studies (studies of patterns, causes, and control of diseases in groups of people) have shown no consistent evidence that saccharin is associated with bladder cancer incidence.
Because the bladder tumors seen in rats are due to a mechanism not relevant to humans and because there is no clear evidence that saccharin causes cancer in humans, saccharin was delisted in 2000 from the U.S. National Toxicology Program’s Report on Carcinogens, where it had been listed since 1981 as a substance reasonably anticipated to be a humancarcinogen (a substance known to cause cancer). More information about the delisting of saccharin is available at http://ntp.niehs.nih.gov/ntp/roc/eleventh/append/appb.pdf on the Internet. The delisting led to legislation, which was signed into law on December 21, 2000, repealing the warning label requirement for products containing saccharin.
Aspartame
Aspartame, distributed under several trade names (e.g., NutraSweet® and Equal®), was approved in 1981 by the FDA after numerous tests showed that it did not cause cancer or other adverse effects in laboratory animals. Questions regarding the safety of aspartame were renewed by a 1996 report suggesting that an increase in the number of people withbrain tumors between 1975 and 1992 might be associated with the introduction and use of this sweetener in the United States. However, an analysis of then-current NCI statistics showed that the overall incidence of brain and central nervous system cancers began to rise in 1973, 8 years prior to the approval of aspartame, and continued to rise until 1985. Moreover, increases in overall brain cancer incidence occurred primarily in people age 70 and older, a group that was not exposed to the highest doses of aspartame since its introduction. These data do not establish a clear link between the consumption of aspartame and the development of brain tumors.
In 2005, a laboratory study found more lymphomas and leukemias in rats fed very high doses of aspartame (equivalent to drinking 8 to 2,083 cans of diet soda daily) (1). However, there were some inconsistencies in the findings. For example, the number of cancer cases did not rise with increasing amounts of aspartame as would be expected. An FDA statement on this study can be found athttp://www.fda.gov/NewsEvents/Newsroom/PressAnnouncements/2006/ucm108650.htmon the Internet.
Subsequently, NCI examined human data from the NIH-AARP Diet and Health Study of over half a million retirees. Increasing consumption of aspartame-containing beverages was not associated with the development of lymphoma, leukemia, or brain cancer (2).
Acesulfame potassium, Sucralose, and Neotame
In addition to saccharin and aspartame, three other artificial sweeteners are currently permitted for use in food in the United States:
  • Acesulfame potassium (also known as ACK, Sweet One®, and Sunett®) was approved by the FDA in 1988 for use in specific food and beverage categories, and was later approved as a general purpose sweetener (except in meat and poultry) in 2002.
  • Sucralose (also known as Splenda®) was approved by the FDA as a tabletop sweetener in 1998, followed by approval as a general purpose sweetener in 1999.
  • Neotame, which is similar to aspartame, was approved by the FDA as a general purpose sweetener (except in meat and poultry) in 2002.
Before approving these sweeteners, the FDA reviewed more than 100 safety studies that were conducted on each sweetener, including studies to assess cancer risk. The results of these studies showed no evidence that these sweeteners cause cancer or pose any other threat to human health.
Cyclamate
Because the findings in rats suggested that cyclamate might increase the risk of bladder cancer in humans, the FDA banned the use of cyclamate in 1969. After reexamination of cyclamate’s carcinogenicity and the evaluation of additional data, scientists concluded that cyclamate was not a carcinogen or a co-carcinogen (a substance that enhances the effect of a cancer-causing substance). A food additive petition was filed with the FDA for the reapproval of cyclamate, but this petition is currently being held in abeyance (not actively being considered). The FDA’s concerns about cyclamate are not cancer related.

Where can people find additional information about artificial sweeteners?

For more information about artificial sweeteners, contact the FDA at:
10903 New Hampshire Avenue
Silver Spring, MD 20993
1–888–INFO–FDA (1–888–463–6332)
http://www.fda.gov/






















Selected References
  1. Soffritti M, Belpoggi F, Esposti DD, Lambertini L. Aspartame induces lymphomas and leukaemias in rats. European Journal of Oncology 2005; 10(2):107–116.
  2. Lim U, Subar AF, Mouw T, et al. Consumption of aspartame-containing beverages and incidence of hematopoietic and brain malignancies. Cancer Epidemiology, Biomarkers and Prevention 2006; 15(9):1654–1659.

Sucrose table sugar



Dengan rumus molekul kombinasi disakarida dari glukosa monosakarida dan fruktosa dengan rumus C12H22O11.

Glukosa, suatu gula monosakarida, adalah salah satu karbohidrat terpenting yang digunakan sebagai sumber tenaga bagi hewandan tumbuhan. Glukosa merupakan salah satu hasil utama fotosintesis dan awal bagi respirasi. Bentuk alami (D-glukosa) disebut juga dekstrosa, terutama pada industri pangan.

Fruktosa (bahasa Inggrisfructose, levulose), atau gula buah, adalah monosakarida yang ditemukan di banyak jenis tumbuhan dan merupakan salah satu dari tiga gula darah penting bersama dengan glukosa dan galaktosa, yang bisa langsung diserap ke aliran darah selama pencernaan. Fruktosa ditemukan oleh kimiawan Perancis Augustin-Pierre Dubrunfaut pada tahun 1847.[4] Fruktosa murni rasanya sangat manis, warnanya putih, berbentuk kristal padat, dan sangat mudah larut dalam air.[5] Fruktosa ditemukan pada tanaman, terutama pada madu, pohon buah, bunga, beri dan sayuran. Di tanaman, fruktosa dapat berbentuk monosakarida dan/atau sebagai komponen dari sukrosa. Sukrosa merupakan molekul disakarida yang merupakan gabungan dari satu molekul glukosa dan satu molekul fruktosa
Slide show - Beyond Sugar

What's sugar - Slide show